BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik
di madrasah atau disekolah sering kali tidak sesuai dengan realita yang
ada. Peserta didik yang kognitifnya tinggi
bisa jadi mendapatkan nilai yang rendah oleh gurunya, dan peserta didik yang
kognitifnya rendah bisa jadi dikasih nilai yang tinggi oleh guru atau pendidik.
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku.
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik.
Pembelajaran
sains adalah pembelajaran dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak
mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis,
hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui
serangkaian latihan secara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains,
guru lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan
membimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan ranah penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik ?
2. Bagaimanakah
bentuk-bentuk keterampilan proses sains, keterampilan
berfikir generik sains dan berfikir kritis ?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
maksud dari ranah penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Menguraikan
bentuk-bentuk keterampilan proses sains, keterampilan
berfikir generik sains dan berfikir kritis.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Ranah Penilaian Kognitif
1. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall)
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil
belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat
al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah
satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di sekolah.
b.
Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu
contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:
Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar
dan jelas.
c.
Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang
pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya:
Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang
diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
d.
Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan
baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah,
dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian
dari ajaran Islam.
e.
Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis
kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil
belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis
karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh
islam.
f.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah:
peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau
akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau
tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam
sehari-hari.
2. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
Apabila
melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis,
sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif
diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih
baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya;
a. tes
atau pertanyaan lisan di kelas, e.
jawaban atau isian singkat.
b. menjodohkan. f.
pilihan ganda.
c. Portopolio. g.
uraian obyektif.
d. performans. h.
uraian non obyektif atau uraian bebas.
Cakupan yang diukur dalam ranah
Kognitif adalah:
a. Ingatan
yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan
menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
b. Pemahaman
yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan
kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan,
menginterprestasikan.
c. Penerapan
yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang
teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan
menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis
yaitu: Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/
objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan,
menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis
yaitu: Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga
menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan,
menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f. Evaluasi
yaitu: Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi,
sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur
tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
B.
Ranah Penilaian Afektif
1.
Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya
yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di
terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam
dan sebagainya.
Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a. Menerima atau Memperhatikan
Adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk
dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima
stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang
dari luar. Menerima atau memperhatikan
juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu
kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka
bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan
mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri
dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang menerima, misalnya:
peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin
harus disingkirkan jauh-jauh.
b. Menanggapi
Mengandung
arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini
lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih
jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
c. Menilai
atau Menghargai
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan
nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau
penyesalan. Menilai merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada
receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta
didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu
adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya.
Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil
belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri
peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.
d. Mengatur
atau Mengorganisasikan
Artinya
memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal,
yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya
hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai
yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah
peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh
bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 19
e. Karakterisasi
Dengan Suatu Nilai atau Komplek Nilai
Yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi
nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai itu
telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta
didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang
mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang
telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membantu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat
diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah
memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT
yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah,
dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
Ada 5 tipe karakteristik afektif
yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan
moral.
a.
Sikap
Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.
b.
Minat
Minat
atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal
penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
c. Konsep
Diri
Menurut
Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang
tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau
negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.
d. Nilai
Nilai
menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan
e. Moral
Moral
berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau
perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang
lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.
2. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi
siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan
dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap
afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
a. Menerima
(memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
b. Merespon,
meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa
puas dalam merespon, mematuhi peraturan
c. Menghargai,
meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap
nilai
d. Mengorganisasi,
meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
C.
Ranah Penilaian Psikomotorik
1. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
2. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil
belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan
dapat diukur melalui:
a. pengamatan
langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran
praktik berlangsung,
b. sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
c. beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian
hasil belajar psikomotor mencakup:
a. kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja.
b. kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan.
c. kecepatan
mengerjakan tugas.
d. kemampuan
membaca gambar dan atau symbol.
e. keserasian
bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam
penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung
yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses
berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk
mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh
peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and
pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
a. Tes
simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika
tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang
penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
b. Tes
unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,
dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah
peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya
dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang
sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh
dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.
Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list)
ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik
yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang
dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan
dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan
afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.
Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau
lembar tugas.[1]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi.
.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil
belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik.
Pembelajaran
sains adalah pembelajaran dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak
mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis,
hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui
serangkaian latihan secara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains,
guru lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan
membimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan kepada kita sebagai calon guru adalah agar lebih giat
belajar dan mencari pengalaman yang lebih luas guna untuk meningkatkan kualitas
keilmuan kita sehingga nantinya kita dapat menjalankan tugas kita sebagai mana
mestinya yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik para peserta didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anas sudjiono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
rajawali pers, 2009
Sri Wardani.Penilaian
Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar